Your Self is About Your Future

M. Shodiqin Wibowo

Kata Pak Kyai menghidupi dipelosok-pelosok desa dan menjadi guru ngaji itu lebih baik daripada duduk di atas kursi empuk bergelar sebagai pejabat yang tak tahu diri. Ini bukan masalah mana yang lebih utama anatara jadi pejabat atau sekedar menjadi guru ngaji. Tapi, ini masalah mental yang kuat, sekuat Intan permata.
Terdapat dua hal yang saling terkait dan tak terpisahkan di dunia ini. Antara yang baik dan buruk, itu sebagai satu contoh sederhana. Mental yang kuat memiliki kata yang lembut dengan lawannya dan saling terkait dengan kelemahannya, seperti pernyataan beriku:
Menggantungkan dan bebas
Mengatur dan diatur
Jaminan dan resiko
Mental yang kuat selalu bebas dan tidak menggantungkan diri pada sesuatu apapun kecuali pada pemilik kehidupan dan do’a. jika ada keinginan membaca anda akan membaca. Bukan menunggu datangnya tugas baru membaca. Bebas dalam melakukan bukan berarti malampaui batas yang disyari’atkan agama. Orang yang memiliki akal, akan mampu mengatakan pada dirinya bhwa “Ini salah”. Dalam sebuah kata mutia (mahfudhot) dikataka “al-Aqlu Qodhi Aadilun”, maknanya akal adalah hukum yang paling adil. Bergantung juga memiliki arti bermalas-malasan. Seseorang yang menggantungkan dirinya pada orang lain, tidak ada dorongan dalam dirinya untuk bangun subuh, jika tidak orang lain yang membangunkan. Jika dirinya memiliki tugas pun, dirinya tidak memiliki keberanian dan kemampuan untuk mengekspresikan dirinya.
Mengatur dan diatur. Mengatur melambangkan pemimpin dan diatur menggambarkan yang dipimpin. Berbeda dari yang pertama. Pemimpin dan yang dipimpin tidak selalu menunjukkan mental yang lemah. Pemimpinan adalah orang yang harus dipatuhi kebijaksanaannya. Sementara orang yang dipimpin mematuhi kebijakan pemimpin. Pemimipin merupakan satu orang yang terbaik diantara orang-orang yang dipimpin.
Logika akal sehat mengatakan apabila pemimpin adalah orang yang terbaik. Tinggal kita melihat mental mana yang bermental kerupuk. Pemimpin sebagai minoritas yang patut dicontoh bukan yang mudah terbawa ombak. Jika kita melihat seorang pemimpin yang sangat mudah terpengaruh dengan orang lain dan tidak dapat teguh dalam pendiriannya. Maka, dia bukanlah yang hakiki. Pemimpin bukan boneka pewayangan, maka dari itu hakikat pemimpin adalah pribadi yang mampu independent pada visi dan misinya. Sedangkan seorang yang dipimpin parameter mentalnya adalah sejauh apa ia dapat mematuhi seorang pemimpin. Di dalam kepemimpinan ada yang lebih penting daripada memimpin yaitu memimpin diri sendiri. Seseorang yang telah mampu memimpin dirinya sendiri adalag orang yang kuat mentalnya.
Semakin kuat mental seseorang pasti menginginkan resiko yang besar untuk keberhasilan yang menjanjikan. Bukan sekedar hidup dengan segala kepastian , akan tetapi berani mencoba berbagai resiko yang ada. Semakin anda memiliki jamiminan kehidupan pada pensiunan, gaji yang tetap, dan kenaikan pangkat. Itu artinya semakin anda menyerahkan kehidupan anda untuk diatur oleh system dan system tersebut dalam kendali orang lain dan kebebasan akan semakin terkekang dan anda semakin terbatasi tanpa ada kesempatan untuk memilih dan berekspresi.
Pemilik mental yang kuat ada pada mereka yang bebas, mampu mengendalikan dan menguasai dirinya, serta lebih memilih resiko daripada zona nyaman.

Edited by Rain

Your Self is About Your Future

M. Shodiqin Wibowo

Kata Pak Kyai menghidupi dipelosok-pelosok desa dan menjadi guru ngaji itu lebih baik daripada duduk di atas kursi empuk bergelar sebagai pejabat yang tak tahu diri. Ini bukan masalah mana yang lebih utama anatara jadi pejabat atau sekedar menjadi guru ngaji. Tapi, ini masalah mental yang kuat, sekuat Intan permata.
Terdapat dua hal yang saling terkait dan tak terpisahkan di dunia ini. Antara yang baik dan buruk, itu sebagai satu contoh sederhana. Mental yang kuat memiliki kata yang lembut dengan lawannya dan saling terkait dengan kelemahannya, seperti pernyataan beriku:
1. Menggantungkan dan bebas
2. Mengatur dan diatur
3. Jaminan dan resiko
Mental yang kuat selalu bebas dan tidak menggantungkan diri pada sesuatu apapun kecuali pada pemilik kehidupan dan do’a. jika ada keinginan membaca anda akan membaca. Bukan menunggu datangnya tugas baru membaca. Bebas dalam melakukan bukan berarti malampaui batas yang disyari’atkan agama. Orang yang memiliki akal, akan mampu mengatakan pada dirinya bhwa “Ini salah”. Dalam sebuah kata mutia (mahfudhot) dikataka “al-Aqlu Qodhi Aadilun”, maknanya akal adalah hukum yang paling adil. Bergantung juga memiliki arti bermalas-malasan. Seseorang yang menggantungkan dirinya pada orang lain, tidak ada dorongan dalam dirinya untuk bangun subuh, jika tidak orang lain yang membangunkan. Jika dirinya memiliki tugas pun, dirinya tidak memiliki keberanian dan kemampuan untuk mengekspresikan dirinya.
Mengatur dan diatur. Mengatur melambangkan pemimpin dan diatur menggambarkan yang dipimpin. Berbeda dari yang pertama. Pemimpin dan yang dipimpin tidak selalu menunjukkan mental yang lemah. Pemimpinan adalah orang yang harus dipatuhi kebijaksanaannya. Sementara orang yang dipimpin mematuhi kebijakan pemimpin. Pemimipin merupakan satu orang yang terbaik diantara orang-orang yang dipimpin.
Logika akal sehat mengatakan apabila pemimpin adalah orang yang terbaik. Tinggal kita melihat mental mana yang bermental kerupuk. Pemimpin sebagai minoritas yang patut dicontoh bukan yang mudah terbawa ombak. Jika kita melihat seorang pemimpin yang sangat mudah terpengaruh dengan orang lain dan tidak dapat teguh dalam pendiriannya. Maka, dia bukanlah yang hakiki. Pemimpin bukan boneka pewayangan, maka dari itu hakikat pemimpin adalah pribadi yang mampu independent pada visi dan misinya. Sedangkan seorang yang dipimpin parameter mentalnya adalah sejauh apa ia dapat mematuhi seorang pemimpin. Di dalam kepemimpinan ada yang lebih penting daripada memimpin yaitu memimpin diri sendiri. Seseorang yang telah mampu memimpin dirinya sendiri adalag orang yang kuat mentalnya.
Semakin kuat mental seseorang pasti menginginkan resiko yang besar untuk keberhasilan yang menjanjikan. Bukan sekedar hidup dengan segala kepastian , akan tetapi berani mencoba berbagai resiko yang ada. Semakin anda memiliki jamiminan kehidupan pada pensiunan, gaji yang tetap, dan kenaikan pangkat. Itu artinya semakin anda menyerahkan kehidupan anda untuk diatur oleh system dan system tersebut dalam kendali orang lain dan kebebasan akan semakin terkekang dan anda semakin terbatasi tanpa ada kesempatan untuk memilih dan berekspresi.
Pemilik mental yang kuat ada pada mereka yang bebas, mampu mengendalikan dan menguasai dirinya, serta lebih memilih resiko daripada zona nyaman.

(Edited byk Rain)

Introduce Yourself (Example Post)

This is an example post, originally published as part of Blogging University. Enroll in one of our ten programs, and start your blog right.

You’re going to publish a post today. Don’t worry about how your blog looks. Don’t worry if you haven’t given it a name yet, or you’re feeling overwhelmed. Just click the “New Post” button, and tell us why you’re here.

Why do this?

  • Because it gives new readers context. What are you about? Why should they read your blog?
  • Because it will help you focus you own ideas about your blog and what you’d like to do with it.

The post can be short or long, a personal intro to your life or a bloggy mission statement, a manifesto for the future or a simple outline of your the types of things you hope to publish.

To help you get started, here are a few questions:

  • Why are you blogging publicly, rather than keeping a personal journal?
  • What topics do you think you’ll write about?
  • Who would you love to connect with via your blog?
  • If you blog successfully throughout the next year, what would you hope to have accomplished?

You’re not locked into any of this; one of the wonderful things about blogs is how they constantly evolve as we learn, grow, and interact with one another — but it’s good to know where and why you started, and articulating your goals may just give you a few other post ideas.

Can’t think how to get started? Just write the first thing that pops into your head. Anne Lamott, author of a book on writing we love, says that you need to give yourself permission to write a “crappy first draft”. Anne makes a great point — just start writing, and worry about editing it later.

When you’re ready to publish, give your post three to five tags that describe your blog’s focus — writing, photography, fiction, parenting, food, cars, movies, sports, whatever. These tags will help others who care about your topics find you in the Reader. Make sure one of the tags is “zerotohero,” so other new bloggers can find you, too.

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai