Your Self is About Your Future

M. Shodiqin Wibowo

Kata Pak Kyai menghidupi dipelosok-pelosok desa dan menjadi guru ngaji itu lebih baik daripada duduk di atas kursi empuk bergelar sebagai pejabat yang tak tahu diri. Ini bukan masalah mana yang lebih utama anatara jadi pejabat atau sekedar menjadi guru ngaji. Tapi, ini masalah mental yang kuat, sekuat Intan permata.
Terdapat dua hal yang saling terkait dan tak terpisahkan di dunia ini. Antara yang baik dan buruk, itu sebagai satu contoh sederhana. Mental yang kuat memiliki kata yang lembut dengan lawannya dan saling terkait dengan kelemahannya, seperti pernyataan beriku:
1. Menggantungkan dan bebas
2. Mengatur dan diatur
3. Jaminan dan resiko
Mental yang kuat selalu bebas dan tidak menggantungkan diri pada sesuatu apapun kecuali pada pemilik kehidupan dan do’a. jika ada keinginan membaca anda akan membaca. Bukan menunggu datangnya tugas baru membaca. Bebas dalam melakukan bukan berarti malampaui batas yang disyari’atkan agama. Orang yang memiliki akal, akan mampu mengatakan pada dirinya bhwa “Ini salah”. Dalam sebuah kata mutia (mahfudhot) dikataka “al-Aqlu Qodhi Aadilun”, maknanya akal adalah hukum yang paling adil. Bergantung juga memiliki arti bermalas-malasan. Seseorang yang menggantungkan dirinya pada orang lain, tidak ada dorongan dalam dirinya untuk bangun subuh, jika tidak orang lain yang membangunkan. Jika dirinya memiliki tugas pun, dirinya tidak memiliki keberanian dan kemampuan untuk mengekspresikan dirinya.
Mengatur dan diatur. Mengatur melambangkan pemimpin dan diatur menggambarkan yang dipimpin. Berbeda dari yang pertama. Pemimpin dan yang dipimpin tidak selalu menunjukkan mental yang lemah. Pemimpinan adalah orang yang harus dipatuhi kebijaksanaannya. Sementara orang yang dipimpin mematuhi kebijakan pemimpin. Pemimipin merupakan satu orang yang terbaik diantara orang-orang yang dipimpin.
Logika akal sehat mengatakan apabila pemimpin adalah orang yang terbaik. Tinggal kita melihat mental mana yang bermental kerupuk. Pemimpin sebagai minoritas yang patut dicontoh bukan yang mudah terbawa ombak. Jika kita melihat seorang pemimpin yang sangat mudah terpengaruh dengan orang lain dan tidak dapat teguh dalam pendiriannya. Maka, dia bukanlah yang hakiki. Pemimpin bukan boneka pewayangan, maka dari itu hakikat pemimpin adalah pribadi yang mampu independent pada visi dan misinya. Sedangkan seorang yang dipimpin parameter mentalnya adalah sejauh apa ia dapat mematuhi seorang pemimpin. Di dalam kepemimpinan ada yang lebih penting daripada memimpin yaitu memimpin diri sendiri. Seseorang yang telah mampu memimpin dirinya sendiri adalag orang yang kuat mentalnya.
Semakin kuat mental seseorang pasti menginginkan resiko yang besar untuk keberhasilan yang menjanjikan. Bukan sekedar hidup dengan segala kepastian , akan tetapi berani mencoba berbagai resiko yang ada. Semakin anda memiliki jamiminan kehidupan pada pensiunan, gaji yang tetap, dan kenaikan pangkat. Itu artinya semakin anda menyerahkan kehidupan anda untuk diatur oleh system dan system tersebut dalam kendali orang lain dan kebebasan akan semakin terkekang dan anda semakin terbatasi tanpa ada kesempatan untuk memilih dan berekspresi.
Pemilik mental yang kuat ada pada mereka yang bebas, mampu mengendalikan dan menguasai dirinya, serta lebih memilih resiko daripada zona nyaman.

(Edited byk Rain)

Diterbitkan oleh rohmahwahyunurlaila

kehidupan memang mengalir tenang seperti air, tetapi ada kalanya ombak akan turut meramaikan. saat gelombang ombak menghantam jangan membelakanginya jika tidak ingin tertelan ombak. hadapi dan pecahkan ombak yang bergulung-gulung itu.

Tinggalkan komentar

Rancang situs seperti ini dengan WordPress.com
Mulai